RAGAM LOMBOK - Cerita rakyat Cupak Gerantang, Cupak
Gurantang dimulai dari kerajaan Budha Daha yang berkembang pada sekitar
abad ke IX Masehi. Kerajaan Daha merupakan kerajaan Budha yang pernah ada di
pulau Lombok. Pusat kerajaan ini bearada di wilayah Bayan Barat yang sekarang
menjadi Desa Senaru. Kerajaan Daha dipimpin oleh seorang raja yang dikenal
dengan nama Datu Daha. Datu Daha didampingi oleh dua orang patih yang sakti
mandar guna, mereka adalah Patih Mangku Bumi dan Patih Mangku Negara. Datu Daha
juga memiliki seorang putri yang sangat cantik, putrinya itu bernama Dewi Sekar
Nitra.
Cerita Cupaq Gerantang |
Diceritakan bahwa Datu Daha tidak pernah member Dewi Sekar untuk
main-main di luar istana dan ketika Denda Sekar Nitra sudah menginjak usia
remaja, ia ingin sekali bermain-main di taman istana. Untuk itu, Denda Sekar
Nitra meminta kepada ibunya, supaya ia diberikan izin untuk bermain-main di
taman kerajaan Daha yang konon sangat indah. Tetapi, sang Nata Daha tidak
berani member izin kepada anaknya, sebelum ia terlebih dahulu diizinkan oleh
Datu Daha. Ahirnya sang Dewi Nata Daha membawa anaknya untuk menghadap kepada
Datu Daha. Sesampai di depan sang perabu, Dewi Sekar Nitra langsung meminta
kepada ayahandanya. “…Mamiq mangkin tiang owah beleq tiang melet bekedek jok taman kerajaan
kanca inak umbaktiang..” (Ayahanda sekarang saya sudah besar, saya berkeinginan untuk
bermain-main ke taman kerajaan bersama ibuasuh saya). Kemudian Datu Daha
mengizinkannya untuk pergi dengan dikawal oleh Patih Mangku Bumi dan Mangku
Negara.
Pada saat itu sang Datu Daha berpesan kepada kedua patihnya
untuk menjaga sang putri dengan baik dan kedua patih tersebut berjanji akan
menjaganya sampai darah penghabisan. Setelah mendapat izin dari Datu Daha dan
dikawal oleh kedua orang Maha Patih kerajaan Daha maka berangkatlah sang Dewi
Sekar Nitra ke taman kerajaan Daha bersama ibu asuhnya yang bernama Inaq Kasih.
Sesampainya di taman istana, sang Dewi merasakan kebahagiaan yang tiada
terhingga dan saking bahagianya Dewi Sekar Nitra berlari-lari kesemak-semak
sambil menikmati pemandangan taman yang sangat indah di bawah siraman cahaya
purnama.
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat besar seperti terjadi
gempa bumi dan suara halilintar. Wong Lanang…dedemit ranged melet
mangan…ambun wong anak manusia…. Suara itu adalah suara seorang raksasa (Ganadawa).
Raksasa itu berkata dengan sesumbar “Wong lanang sire
hilai (siapa kamu)” dan kedua patih Datu Daha menjawabnya “aku
adalah patih Mangku Negara dan Mangku Bumi sebagai pelindung Dewi Sekar Nitra
putri tunggal sang Datu Daha”.
Hahahaaa……. Aku
ne raksasa paling hebat eleq gumi sesene. Endeknarak spook manusia-pin sik bau
membalaq kemeleq ku… hahahaaa… kata raksasa itu dengan geram sambil menatap
Dewi Sekar Nitra yang jelita.
Beterus apa jaq kemeleq meq raksasa lenge…. Jawab Patih Mangku Bumi dengan tegas.
Ambun wong anak manusie,,, hahahaaaa, meleng ku Dewi Sekar
Nitra. Meleng ku jauk ye jari pendamping ku lek dalem goa…. Jawab sang raksasa dengan bangga.
Hahahaaaa…. Endek mek cocok gin jari pendamping Dewi Sekar
Nitra raksasa bodo… nie dengan solah enges, beterus kamu jak dengan lenge. We….
endak gamak berimpi lalok raksasa lenge.
Ucap Patih Mangku Bumi sambil menertawai raksasa tersebut.
Raksasa itu geram mendengar perkataan Mangku Bumi dan
Mangku Negara dan ia menyerang dengan garangnya. Akhirnya terjadilah
pertempuran yang sangat sengit antara kedua patih itu dengan sang raksasa.
Dalam pertarungan itu sang raksasa (Gendawa) dapat mengalahkan kedua
patih kerajaan Daha karena bau raksasa yang melebihi bangkai. Setelah Patih
Mangku Bumi dan Patih Mangku Negara dikalahkan maka sang raksasa membawa Dewi
Sekar Nitra ke tengah hutan, sedangkan Inaq Kasih pingsan di tengah taman sebab
ia merasa ketakutan melihat sosok raksasa tersebut.
Patih Mangku Bumi dan Patih Mangku Negara pulag ke kerajaan
Daha Negara untuk melaporkan kejadian yang telah menimpanya kepada Datu Daha.
Sambil menagis rakaian Mahapatih tersebut menghadap kepada Datu Daha dan
sesampainya di depan Datu Daha mereka ditanya “..ada apa rakaian Maha
Patih, kenapa kalian menagis, mana putri ku…” Tanya sang raja dengan
tegasnya. Kemudian mereka mulai menceritakan bahwa sang Dewi Sekar Nitra dibawa
oleh seorang raksasa (Gendawa). Sang Datu Daha sangat kaget mendengar
laporan itu, sampai-sampai beliau menagis karena putri kesayangannya hilang.
Datu Daha sangat marah dan kecewa kepada kedua orang
patihnya, lalu penuh kemarahan ia bertitah “…Rakaian Mahapatih, sekarang
kalian aku utus untuk mencari orang yang dapat mengalahkan makhluk raksasa yang
membawa putri kesayangan ku Dewi Sekar Nitra dan jika orang tersebut dapat
membawa sang putri pulang dengan selamat maka orang tersebut akan aku beri
hadiah yang sangat beasar yaitu setengah dari kerajaan ini dan ia juga akan aku
kawinkan dengan sang putrid, serta kelak Ia akan mengganti akau menjadi raja di
bumi Daha ini…”.
Mendengar titah dari rajanya kedu patih tersebut berangkat
untuk mencari orang yang bisa mengalahkan raksasa dan membawa pulang sang Dewi
Sekar Nitra dengan selamat. Selama berhari-hari, berminggu-minggu
bahkan hingga berbulan-bulan kedua patih tersebut keluar masuk hutan dan
kampung untuk mencari pendekar yang berani melawan raksasa yang memebawa putrid
raja, namun mereka tidak juga menemukannya.
Sementara itu di tengah hutan belantara dua orang pemuda
sedang melakukan pengembaraan dan pada suatu hari pemuda ini bertemu di tengah
hutan yang sangat lebat. Konon hutan itu adalah hutan adat Senaru saat ini.
Kedua pemuda tersebut adalahCupak dan Gurantang.
Konon Cupak berjalan dari arah utara danGurantang berjalan
dari arah selatan.
Hey..apakah engkau manusia atau jin…?, kata Cupak sambil menunjuk Gurantang.
Aku ini manusia, siapakah engkau ?. Tanya Gurantang dengan suara lembut.
Aku pengembara yang tidak memiliki sanak saudara… JawabCupak.
Aku juga begitu saudara….siapa nama mu..?
Panggil saja aku Cupak, lalu siapa kamu ?
Panggil saja aku Gurantang…
Kalau begitu kamu sebenarnya mau kemana dan mencari apa
Gurantang..?
Aku tidak punya tujuan…dan aku hanya mengikuti langkah kaki
ku…maukah engkau jika kita menjalin persaudaraan… TawaranGurantang.
Baiklah kalau begitu mulai sekarang kita bersaudara, aku
kak dan kamu adik ku sebab aku lebih besar dari pada kamu. JawabCupak menyetujui permintaan Gurantang.
Bagus kalau begitu dan sekarang kita maukeman kak Cupak..?
Kita berjalan saja menyusuri pawing ini, hingga kita
temukan perkampungan. Ajak si Cupak.
Dengan demikian, mulai dari saat itu mereka berjalan
bersama-sama menyusuri hutan belantara. Pada suatu hari di sesampainya di Pawang
Bening (tanah tandus) di Bayan sebelah utara). RadenCupak merasa
lapar lalu Ia berkata kepada Gurantang.
“…oh adik ku Gurantang sekarang kaka mu merasa lapar
sekali. Di sana kelihatan kepulan asap, mungkin di sana ada sebuah perkampungan
maka tolonglah kakak mu. Tolong carikan kakak mu ini nasi mungkin di sana ada
orang yang tinggal…”.
Gurantang menjawab
“…coba saja kakak yang pergi karena kakak memiliki badan yang besar jadi
jika nanti ada anjing hutan ataupun binatang buas lainnya yang menyerang, kakak
bisa melawannya dan jika aku yang pergi jangan-jangan aku yang menjadi makanan
serigala dan hewan buas lainnya…”.
Maka berangkatlah Cupak menuju tempat
mengepulnya asap tersebut, hingga akhirnya sampailah Ia di sebuah rumah yang
konon rumah tersebut adalah milik Inaq Bangkol dan Amaq
Bangkol yaitu sepasang suami istri yang tinggal di dalam kawasanPawang
Bening. Setelah Si Cupak sampai di rumah Inak
Bangkol, Ia tidak mendapatkan apa-apa karena keangkuhan dan ketidak
sopanannya. Cupak kemudian kembali menemui adiknya dan
menyuruh adiknya untuk pergi ke rumah yang ditemukannya tadi.
Akhirnya Gurantanglah yang pergi ke rumah tersebut untuk
meminta makanan dan dengan kesopanannya maka RadenGurantang mendapatkan
nasi untuk menyambung hidup bersama kakaknya. Setelah mendapatkan nasi dari Inaq
Bangkol,Gurantang membawa nasi tersebut kepada kakanya.
Sesampainya di tempat kakanya menunggu, Ia disuruh lagi untuk
mengambil air ke sungai dan di sinilah niat jahat Cupak mulai
kelihatan. Ketika adiknya sedang mengambil air ke sungai Ia menghabiskan nasi
itu sendirian dan pura-pura tidur.
Setelah adiknya kembali membawa air Ia pura-pura tertidur
lelap dan Gurantang membangunkannya. Cupak pura-pura
tersentak bangun dan berkata “He..Gurantang kalau kamu sudah
dapat airnya ayo kita makan bersama-sama. Kakak sembunyikan nasinya
di sebelah sana…” dan merekapun bergegas mencari nasi tersebut namun nasi
yang mereka cari sudah tidak ada. Dengan kelicikannya Cupak menuduh Gurantang memakan
nasi tersebut padahal yang menghabiskannya adalah dia sendiri. Ahirnya
merekapun terlibat dalam pertengkaran. Namun, dengan kecerdikan dan
kelicikannya lagi-lagi Cupak membuat sandiwara, Ia mengatakan
bahwa nasi tersebut kemungkinan dimakan oleh anjing.
Setelah itu Cupak dan Gurantang melanjutkan
perjalanan menyusuri hutan belantara dan tibalah mereka di sebuah jalan yang
menuju kerajaan Daha Negara, di sana mereka bertemu dengan Patih Mangku Bumi
dan Mangku Negara yang sedang mencari orang yang berani melawan raksasa.
Patih Mangku Bumi bertanya kepada Cupak “…kalau
boleh saya bertanya kalian ini manusia ataukah raksasa…” pertanyaan ini
dilontarkan oleh Patih Mangku Bumi karena melihat sosok Cupakyang
sangat tegap besar dan berwajah jelek. Mendengar pertanyaann itu Cupak sangat
marah sekali dan hampir bertengkar dengan kedua patih tersebut. Lalu, Kedua
patih tersebut menawarkan kepada mereka (Cupak dan Gurantang)
untuk mencari Dewi Sekar Nitra yang dibawa oleh raksasa seraya menawarkan
hadiah seperti yang disebutkan oleh Datu Daha.
Mendengar tawaran tersebut, Cupak sangat
tergiur dan mengatakan bahwa ia sanggup untuk melawan raksasa yang membawa Dewi
Sekar Nitra. Namun dengan bijaknya Gurantangmemperingati kakaknya
“…Kakak ku yang aku sayangi janganlah engkau mengucapkan kebohongan sebab
kebohongan akan membawa kita kepada kecelakaan, bukankah engkau tidak memiliki
ilmu kedikjayaan dan bagaimana kakak akan mengalahkan raksasa yang besar dan
sakti, jadi sebaiknya kakak jangan menyanggupi mahapatih sebab mereka adalah
utusan raja dan nanti jika kita tidak bisa mengalahkan raksasa tersebut maka
kita akan dicap sebagai orang yang bohong…”.
Mendengar peringatan itu, Cupaq sangat
marah kepada Gurantang.
“..Gurantang kamu
diam saja ! kamu tidak tahu apa-apa, yang penting kita senag dan dapat makan
enak kamu ikut saja…”
Mendengar perkataan kakaknya maka Gurantang ikut
saja dan akhirnya mereka dibawa ke istana Kerajaan Daha Negara oleh kedua patih
tersebut.
Setibanya di istana, Cupak dan Gurantang langsung
dibawa menghadap kepada Datu Daha.
Datu Daha bertanya kepada mereka,
“…benarkah kalian berani melawan raksasa yang telah
menculik putriku..?”
dengan angkuhnya Cupak menjawab “…betul
gusti prabu saya yang akan membunuh raksasa tersebut. Tetapin sebelum kami
pergi mencari raksasa itu saya butuh makan supaya saya punya tenaga untuk
melawan raksasa. Masakkan saya nasi sebanyak satu ton dan saya minta satu pucuk
keris untuk melawan raksasa itu…”. Sedangkan Gurantang hanya
bisa mengangguk-angguk mendengar perkataan saudaranya.
Datu Daha langsung memerintah para pelayannya untuk
memasakkan kedua tamu kehormatannya. Datu Daha juga memberikan sebilah keris
sakti kepada Cupak. Di sinilah kelihatan rakusnya Si Cupak,
semua orang terheran-heran melihat kerakusannya. Setelah itu Ia berangkatlah
mereka (Cupak dan Gurantang) mencari raksasa dengan dikawal oleh Patih
Mangku Bumi dan Mangku Negara bersama para perajuritnya.
Mereka di kawal hingga perbatasan kerajaan, Cupak danGurantang dilepas
memasuki hutan belantara. Konon setelah berminggu-minggu menyusuri hutan maka
bertemulah mereka dengan raksasa yang membawa Dewi Sekar Nitra.
Dari arah yang tidak diketahui terdengar suara yang sangat
besar dan menggelegar. Suara itu adalah suara raksasa yang menyembunyikan Dewi
Sekar Nitra di dalam sebuah sumur tua di tengah hutan belantara itu. Mendengar
suara yang begitu keras,Cupak berlari terkencing-kencing dan
mengajak Gurantang untuk meninggalkan hutan belantara.
Gurantang-pun
memperingati kakaknya “…sudah saya katakana kaka tidak boleh sombong, lihat
buktinya sekarang baru mendengar suaranya saja kakak sudah terkencing-kencing
apalagi kalau sudah melihat sosoknya. Kalau begitu aku tidak mau
dikatakan sebagai pembohong oleh Datu Daha dan jika tugas ini tidak kita
lanjutkan maka kita akan dihukum oleh Datu daha…”
Mendengar perkataan saudaranya, Cupak langsung
menjawab “…kamu saja yang melananjutkannya biar akau pulang sendirian…”.
Namun, karena takutnya maka Cupak mengikutiGurantang.
Ia tidak berani pulang sendiri. Beberapa lama kemudian, tiba-tiba saja sosok
raksasa yang sangat besar dan seram keluar dari tengah-tengah hutan belantara
dan Cupakpunmemberanikan diri melawan raksasa tersebut. Tetapi
tidak begitu lama Cupak dikalahkan oleh raksasa tersebut dan
akhirnya Cupak berlari terkencing-kencing.
Melihat kakanya dikalahkan oleh raksasa itu, Gurantang langsung
menyerang raksasa tersebut. Pertarungan berjalan dengan sengit dan akhirnya
raksasa tersebut terjatuh dan pingsan karena terkena kesaktian Gurantang. Melihat
situasi yang begitu menguntungkan maka Cupak maju dan membunuh
raksasa yang sudah pingsan itu dengan keris yang dibawa dari kerajaan Daha.
Selanjutnya mereka berunding untuk menyepakati siapa yang
akan turun ke dalam sumur tempat Dewi Sekar Nitra disembunyikan oleh raksasa.
Karena alasan Cupak terlalu besar dan berat untuk diturun
naikkan dengan tali maka Cupakmenyuruh adaiknya untuk turun dan dia
di atas yang akan menarik tali dan menaikkan sang putrid. Ssetelah itu Gurantangturun
ke dalam sumur yang sangat dalam dan gelap. Di dalam sumur tersebut, Gurantang menemukan
sosok perempuan cantik yang sedang bersimpuh penuh rasa ketakuta. Sosok itu
adalah Dewi Sekar Nitra.
Gurantang langsung
memperkenalkan dirinya kepada Dewi Sekar Nitra dan mengajaknya keluar dari
sumur tua itu. Gurantangkemudian berteriak member tahu Cupak supaya
bersiap-siap untuk mengangkat dan mengeluarkan Dewi Sekar Nitra dengan tali
yang sudah disediakannya. Mendengar adaiknya sudah bertemu dengan sang putri
maka timbullah niat jahat Cupak untuk membunuh adiknya dan
dengan liciknya Ia berkata “…Gurantangnaikkan dulu sang putri baru kamu yang
aku keluarkan belakangan…”, mendengar perkataan kakanya maka Gurantangtidak
memikirkan apa-apa dan dia juga tidak pernah menduga bahwa kakanya akan berniat
jahat. Dewi Skar Nitra kemudian dinaikkan terlebih dahulu.
Setelah Dewi Sekar Nitra sampai di atas maka Cupak mulai
melakukan rencana jahatnya. Dia berkata “…jika Gurantang aku naikkan maka
aku tidak akan dapat apa-apa, aku tidak akan dapat mengawini putri cantik ini
sebab aku adalah orang yang jelek sedangkan Gurantang adik ku adalah orang yang
sakti, pintar, jujur dan tampan maka pastilah dia yang akan mewarisi Daha
Negara, lebih baik aku bunuh saja Gurantang di dalam sumur ini…”,
Cupak-pun menimbun
sumur tersebut dengan batu dengan niat supaya adiknya Gurantang mati.
Setelah sumur tua itu tertimbun batu, Cupak meninggalkannya
begitu saja sambil memboyong Dewi Sekar Nitra ke luar dari hutan belantara
menuju kerajaan Daha Negara. Sesampainya di istana, Cupak langsung
dipertemukan dengan Datu Daha dan melaporkan bahwa dia-lah yang telah
menyelamatkan Dewi Sekar Nitra dari cekeraman raksasa. Pada kesempatan itu,
Datu Daha menanyakan tentang keberadaan Gurantang, mengapa dia
tidak ikut ke istana danCupak mengatakan bahwa Gurantang adalah
seorang penghianat dan pengecut. Ia mengatakan bahwa Gurantang melarikan
diri saat diserang oleh raksasa dan kemudian ia jatuh ke jurang dan tertimpa
oleh batu.
Mendengar pengakuan Cupak, sang putri
langsung menyanggah dan berkata bahwa yang menyelamatkan dia adalah Gurantangdan Cupaklah yang
menimbun Gurantang dengan batu di dalam sumur namun dengan
kelicikannya Cupak mengeluarkan berbagai alasan yang dapat
mengelabuhi raja.
Dengan penuh kemarahan Cupak berkata “…Gusti
Prabu jika engkau tidak percaya dengan cerita saya ayo adu saya dengan keda
patih mu biar di sini saya perang tanding membuktikan kesaktian saya…”
Akhirnya raja percaya bahwa Cupak memang
benar-benar menyelamatkan Dewi Sekar Nitra. Karena putrinya sudah dibawa
kembali dalam keadaan selamat, maka Datu Daha segera mempersiapkan pesta untuk
membayar janjinya dan sekaligus akan mengawinkan Sekar Nitra dengan Cupak, serta
akan segera menobatkannya sebagai raja Daha Negara.
Sementara itu dengan kekuasaan Tuhan, Gurantang bisa
keluar dari dalam sumur yang pengap itu. Konon setelah keluar dari sumur
Raden Gurantang melanjutkan perjalanan sampai ke kerajaan Daha
Negara. Setibanya di alun-alun kerajaan Daha,Gurantang mengakui
dirinya dan ingin bertemu dengan Datu Daha. Akhirnya dia bertemu dengan Patih
Mangku Bumi dan Mangku Negara. Karena percaya akan perkataan Cupak maka
kedua patih kerajaan Daha ini membunuh Gurantang dan mayatnya
dibuang ke sungai.
Pada saat itu sebenarnya Gurantang pingsan
namun kedua patih tersebut menganggapnya sudah mati. Gurantang yang
dibuang ke sungai ditemukan oleh sepasang suami istri yang sedang menagkap ikan
di muara sungai. Suami istri itu adalah Inaq Kasian dan Amaq Kasian.
Merekapun membawa tubuhGurantang yang sudah lunglai ke rumah
mereka, di sanaGurantang dirawat dan dianggap sebagai anak mereka
sendiri hingga Gurantang sembuh dari lukanya.
Pada suatu hari Inaq Kasian mendapat berita bahwa di
kerajaan Daha ada Gawe Beleq (pesta besar-besaran), dimana
Datu Daha akan menikahkan Dewi Skar Nitra dengan Raden Cupak. Pada
saat itu diadakan acara tari perisean di halaman kerajaan Daha dan belum ada
yang berani melawan Cupak untuk bermain prisean, Gawe
Beleq itu diadakan selama sembilan hari sembilan malam.
Mendengar kabar tersebut maka Inaq Kasian mengajakGurantang pergi
mengikuti Gawe Beleq yang diselanggarakan oleh raja mereka,
konon sesampainya di kerajaan Daha Cupakbelum mendapatkan tandingan
untuk perisean dan pada saat ituCupak sesumbar. Apabila ia dapat
dikalahkan oleh seseorang maka dia akan menyerahkan jabatan sebagai calon suami
Dewi Sekar Nitra dan sekaligus pewaris tunggal kerajaan Daha Negara.
Akhirnya Gurantang maju dan memasuki arena
perisean untuk melawan kakanya yang beberapa waktu lalu meninggalkannya di
dalam sumur. Melihat kehadiran Gurantang, Cupak mersa
ketakutan dan dia segera bertanya kepada Inaq Kasian yang dilihat membawa Gurantang “…dari mana ibu temukan anak itu ?...”
Inaq Kasian menceritakan tentang Gurantang, tetapi
maun tidak mau Cupak harus melawan Gurantang karena
dia tidak mau malu di depan semua orang, karena dialah yang menantang terlebih
daulu. Maka terjadilah pertempuran sengit di medan perisean dan dalam beberapa
saat Gurantang dapat mengalahkan kakanya. Setelah
melihat Gurantang, Dewi Skar Nitra langsung berteriak menagtakan
inilah pasangan saya kepada semua orang yang ada di sana.
Kemudian Dewi Sekar Nitra menceritakan kepada semua orang
bahwa yang menyelamtkannya adah Gurantang bukan RadenCupak. Mendengar
pernyataan Dewi Sekar Nitra maka Cupak langsung dikepung oleh
perajurit Daha karena dianggap sebagai pembohong. Saat Cupak akan
dibunuh, maka Gurantang yang bijak dan baik hati menangis dan
memohon kepada raja Daha suapaya kakaknya jangan dibunuh. Cuapk-pun
diberi ampun dan kemudian dibuang jauh dari istana, sedangkan Gurantanglangsung
diangkat menjadi pengganti raja di kerajaan Daha Negara sekaligus mengawini
Dewi Sekar Nitra.
Berahirlah cerita Cupak-Gurantang yang
sangat panjang dan penuh dengan nilai moral yang tinggi. Semoga cerita ini
dapat kita jadikan sebagai suatu pelajaran bahwa kejahatan pasti akan
dikalahkan oleh kebaikan. Kepura-puraan dan kerakusah hanya akan menghasilkan
sesuatu yang tidak baik bagi kehidupan orang yang melakukannya.
1 komentar:
Write komentarngakak hahahah
ReplyEmoticonEmoticon