Pada dasarnya desa ini telah mengalami pemekaran sebanyak 2 kali, melhirkan desa Nyiur Tebel dan Desa Paok Pampang. Adapun mata pencaharian penduduk lokal di desa ini adalah hampir sebagian besar becocok tanam atau bertani, sebagian Pegawai Negeri Sipil, Sopir dan Pedagang.
Sektor perdagangan di desa ini diberdayakan melalui sektor ayam potong, di hampir sebagian perempuan mulai dari jam 21.00 Wita sampai subuh sudah mulai bangun tidur untuk sekedar begadang untuk bekerja di pemilik ayam potong.
Saat ini saya akan menceritakan pengalaman sejarah dari desa ini dan kebetulan saya lahir di desa tercinta ini. Alkisah menurut cerita orang tua, bahwa desa ini ada dan lahir dari cerita pernikahan antara orang Sakra (Lombok Timur) dan Sembalun (Lombok Timur) hal ini dibuktikan dengan adanya pemakan umum orang Dasan Lekong yang di sebut kubur Daye (Makam Selatan) merupakan bekas pemakaman umum orang Sakra.
Pada sebagian cerita di kisahkan bahwa di kantor desa Dasan Lekong tumbuhlah pohon Lekong (Kapuk) yang sangat besar, sehingga kalau dilingkarkan tangan di pohon tersebut tidak dapat dijangkau oleh 5 orang dewasa, maka dari sinilah awal muassal dinamakannya desa Dasan Lekong.
Di desa ini juga ada situs makam yang sangat dikeramatkan yaitu makam Anaq Iyoq (Anak Piatu) konon disini sering dijiarahi oleh masyarakat untuk mencari syarat baik untuk penyembuhan dan sebagainya. Kubur Anak Iyoq (Anak Piatu) secara sejarah tidak ada yang tahu kapan pemakaman umum ini dibuka, hanya melalui cerita orang tua bahwa makam ini sudah ada sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia (Lombok).
EmoticonEmoticon